Minggu, 29 April 2012

My short story

Ini sih sebenarnya ditulis udah lumayan lama, but baru ada kesempatan dipublish sekarang,
well take a look now:
send me your comment ya, hehe...
 

NADIA

“ Apa? Kenapa nggak  kamu bilang langsung ke Nadia? “
“ Please, mbak. Aku nggak berani. Mbak Mila bilang aja kalau ada fans mbak Nadia……”
“ Dia tuh nyantai n cuek banget orangnya. Nggak papa kalau kamu mau ngomong ama dia…….”
“ Aku belum berani……..”
“ Ya sudah. Tapi aku nggak jamin ya. Nadia itu biasanya suka penasaran dan pengin tahu  sampai sedetil-detilnya……..”
                Sebenarnya Mila agak geli juga dimintai bantuan adik kelasnya. Gimana nggak, Nadia khan orangnya cuek abis. Gimana reaksinya kalau tahu ada adik kelasnya yang nge-fans sama dia?
“ Akh, jangan bohong………Ngapain ada yang nge-fans sama aku…….”Jawaban Nadia tak jauh dari dugaan Mila.
“ Beneran, Nad. Dia itu ngefans banget sama kamu…”
“ Emang siapa orangnya, paling kamu cuma pengin aku GR khan? “
“ Aku nggak mau bilang siapa orangnya. Pokoknya aku nggak bohong…”
                Hari-hari berikutnya Mila berupaya untuk menjelaskan ke Nadia kalau dia nggak berniat mengerjainya sama sekali.
“ Bilang dong, siapa orangnya. Nggak seangkatan atau sejurusan sama kita kan ? “
“ Ya iya lah. Dia itu adik kelas kita…..”
“ Brondong dong?Beda jurusan kan? “
“ Ya gitu deh…..”
“ Jangan-jangan praktikanku dulu, tapi siapa…..?
¬X¬
                Doni masih berupaya mencuri pandang ke barisan kanan kedua dari depan. Dia memang memperhatikan dosen yang mengajar, tetapi sesekali juga mencuri pandang ke arah seorang gadis di barisan kedua di depan. Gadis itu sudah diamatinya sejak beberapa waktu lalu.
“ Lihatin siapa, Don? Dari tadi celingukan terus……..”
“ Nggak, Yos…..”
“ Nggak usah bohong. Aku tahu kemarin kamu nanyain asisten cewek minggu kemarin yang diganti…….”
“ Khan aku heran kok mbaknya nggak yang kemarin…….”
“ Heran apa nyariin mbak Nadia ?
                Doni memang tak bisa membohongi temannya yang satu ini. Apalagi kemarin mereka baru main ke kos Mila, teman seangkatan Nadia. Doni memang sengaja ikut untuk mencari informasi soal Nadia ke temannya. Kebetulan Mila dan Yos sedaerah, sehingga mereka sudah kenal sebelumnya. Hal itu mempermudah Doni mencari tahu soal Nadia.
“ Mbak Nadia itu pinter, ya mbak Mila? “
“ Ya, gitu lah. Dia nggak menghafal kalau belajar, tapi seringnya makai pemahaman…….”
“Kelihatannya teman-temannya sekelompoknya pinter semua…”
“ Emang, dik. Kok bisa tahu…..”
“ Dia kan ngefans sama mbak Nadia, mbak….” Timpal Yos.
“ Wah, berita heboh tuh, Nadia punya fans……”
“ Jangan bilang ke mbak Nadia, ya mbak….”
“ Lho kenapa? Apa kamu nggak mau jujur soal perasaanmu…..”
“ Nggak berani, mbak……..”
Innocent banget ni anak
                Mila masih suka tersenyum sendiri kalau mengingat ekspresi dan kepolosan Doni waktu itu. Walaupun diminta untuk tidak membocorkan identitas, toh akhirnya Mila tidak bisa menahan diri untuk cerita ke Nadia. 

²|²
Nadia tidak bisa menahan tawanya. Kenapa harus ada insiden seperti ini saat dia harus menjalankan tugasnya seebagai asisten. Rupanya perkataan Mila kemarin benar. Ada adik kelasnya yang ngefans padanya.
“ Kamu kok tahu, Del…..?”
“ Dia bilang sendiri kemarin. Awalnya dia nanya-nanya soal kamu terus dia ngaku kalau ngefans ama kamu….”
Gombal banget anak ini, ember bocor  lagi pakai cerita ke teman-temanku yang lain.
“ Kamu harusnya seneng ada yang merhatiin kamu, Nad…”
“ Akh. Entahlah…..”
“ Nanti dia juga ikut praktikum ini, Nad. Ntar aku tunjukin ke kamu yang mana anaknya. Dia tuh polos banget anaknya…….”
“ Terserah, Del……”
                Adel dan Nadia baru akan bersiap memulai praktikum ketika mbak Ririn datang. Mbak Ririn satu angkatan di atas mereka dan kebetulan sama-sama menjadi asisten di mata kuliah yang sama dengan Nadia.
“ Tumben, mbak mampir….”
“ Nggak juga. Pengin bilang sesuatu ke kamu, Nad….”
“ Ada apa emangnya….”
“ Ada adik kelasmu yang ngefans lho…..”
                Oh God. Anak ini bener-bener ember pecah mulutnya
“ Kok mbak juga tahu…..”
“ Minggu kemarin ada anak yang nanyain kenapa kamu nggak datang dan diganti Tina. Katanya dia lebih seneng kalau kamu yang jadi asistennya….”
“ Siapa sih namanya, mbak. Biar aku kerjain sekalian di praktikum ini…..”
“ Jangan, Nad. Dia kan ngefans ama kamu. Harusnya kamu terima kasih dong…..”
“ Buat apa….? “
“ Buat cinta dan kekagumannya sama amu dong”
“ Akh, mbak Ririn ada aja. Aku mau mulai praktikum nih….”
“ Lho bukannya jatah Adel dan Hana sekarang…..”
“ Hana-nya nggak bisa, jadi aku mbantu Adel…..”
“ Baik-baik lho sama dia……”
Tenang, aku akan baik-baik, kalau hatiku seneng
                Nadia berupaya membantu Adel sebisanya. Mereka berdua memang sudah sangat dekat layaknya saudara. Mereka selalu saling  curhat satu sama lain, bahkan sampai masalah yang orang lain tidak tahu.
“ Anak Pro KKL hari ini ya Del….”
“ Ya. Kemarin mereka berangkat……”
                Pembicaraan mereka disela oleh salah seorang praktikan mereka.
“ Mbak Adel dan mbak Nadia kok nggak ikut KKL….”
“ Ya nggak, dik. Kami udah ikut yang semester lalu bareng kakak angkatan…”Jawab Adel ramah.
“ Wah, pasti IPnya bagus sampai bisa ikut kuliah kakak kelas…”
“ Ya, kebetulan pas bagus. Jadi SKSnya sisa……” Tambah Nadia.
“ Kok nggak ikut KKL lagi……”
“ Aku mau ikut lagi kalau kamu bayarin, dek……” Canda Nadia.
“ Nggak papa, mbak. Ntar kita bisa berduaan…..”
                Bagai petir menyambar di siang bolong, Nadia mendengar jawaban adik kelasnya ini. Wah ternyata nekad juga anak ini. Jadi benar omongan teman-temannya kalau anak ini yang selalu menanyakan keadaannya. Nadia berupaya tetap cuek di depan fans beratnya yang satu ini. Kalau dilihat-lihat cowok itu lebih cocok jadi adiknya. Lagipula siapa yang mau jadi cowoknya? Makan brondong dong nanti…?Hiiiiiiiy SUEREM DECH….!

²|²
“ Anterin makan, Del…..”
“ Ayo…..”
“ Aku mau cerita soal fans-mu juga….”
“ Ngapain lagi anak itu….”
                Nadia segera membonceng Adel dan mereka menuju marung makan yang berjajar di sepanjang jalan menuju kampus. Tak sulit bagi mereka untuk menentukan pilihan karena mereka sudah berembug sebelumnya.
“ Makan sini mbak….”
“ Ya bu…..”
                Tak perlu menunggu lama, mereka sudah bisa menikmati makan siang mereka.
“ Kemarin dia nanyain kamu terus…..”
“ Anak itu lagi?Di depan Hana? Mati aku, Del….”
“ Nggak. Dia ngomong waktu Hana keluar lab…..”
“ Ngomong apa aja si Doni…..”
“ Kok udah tahu namanya….”
“ Mbak Ririn kan udah bilang….”
                Adel pun bercerita kalau Doni sengaja mendekatinya hanya untuk mengetahui info soal Nadia. Kemarin Hana bisa bertugas sehingga Nadia tak perlu membantu Adel di lab.
“ Aku nanya kenapa dia bisa suka ama kamu, Nad….”
“ Dia bilang apa….”
“ Katanya kamu dewasa, pinter, jadi asisten di beberapa lab juga……”
“ Akh gombal…..”
“ Aku juga kasih nomor HPmu….”
“ What….?”
“ Dia minta, Nad. Siap-siap aja ntar malam di telepon….”
“ Kamu gimana sih Del. Iseng banget ngasih nomorku segala….”
“ Aku hanya fasilitator, Nad. Kasihan kalau dia sampai nggak tidur mikirin gimana cara untuk dekati kamu…..”
” Kamu kan tahu aku males sama beginian, Del....”
” Sekali-kali. Ngga ada salahnya, Nad.....”
                Ketakutan Nadia menjadi kenyataan. Malamnya sebuah sms dari Doni telah mampir ke HPnya.
Mbak. Sorry ganggu, cuma pengin tahu apa mbak mau jadi temen curhatku….
                What? Sinting ni anak. Nadia akhirnya membalas setiap sms Doni menggunakan kata-kata yang sembarangan.
            Curhat sih boleh-boleh aja, yang penting ada tarifnya. PREMIUM
                Bukannya berhenti sms, Doni malah lebih berani lagi menggodanya.
            Mbak, kalau denger lagu My heart-nya Irwansyah, aku jadi keinget mbak terus. Mau nggak mbak terbang ke awan-awan sama aku…..?
                Busyet, gila nih anak. Pasti dia dikomporin ama teman-teman satu kosnya. Wah, urusan jadi berbuntut panjang nih.
          Ga usah terbang segala. Ntar jatuh sakit lho….!
                Malam itu pun akhirnya Nadia tak bisa tidur nyenyak karena kesal harus terus menerima dan membalas sms dari Doni. Padahal keesokan harinya dia harus bangun pagi dan bertugas di lab. Kali ini bukan menggantikan Hana, tapi jatahnya sendiri bersama Puput dan mbak Wina.
                Nadia meraih handphone yang ada di dalam tasnya. Tumben pagi-pagi gini ada yang menghubunginya.
“ Halo, siapa ya…..”
“ Ini Doni mbak….”
Oh, GOD. Ternyata Doni, fans-nya
“ Ada apa, Don….”Nadia berupaya santai.
“ Aku nggak bisa tidur semalam, mbak……”
“ Gitu aja susah. Minum obat tidur, beres….”Nadia nekad saja menjawabnya. Padahal dia sedang berada di angkutan yang sarat penumpang.
“ Aku inget mbak terus……”
“ Ada-ada aja kamu……., gombal akh………”
“ Bener, mbak. Kalau pas kuliah bareng mbak, aku nggak bisa konsen….”
“ Kenapa emang……”
“ Aku nggak bisa nangkep materi dosen. Karena penginnya melukis wajah mbak terus……”
Bokis banget nih anak…
“ Ngelukisnya pakai kuas segala nggak…….”Canda Nadia” Aku di angkutan nih.Sebentar lagi mau naik bis…udah ya……”Nadia buru-buru menutup telepon. Tak enak rasanya berteriak sembarangan di depan banyak orang. Apalagi penumpang lain mulai menoleh ke arahnya.
“ Tapi, mbak Nadia….”    
                Nadia tak menghiraukan protes Doni. Penumpang lain memperhatikannya sejak tadi. Apalagi sebentar lagi dia memang harus turun dan naik bis.
“ Met pagi adik-adik semua. Sebelum memulai praktikum kita saya akan mengenalkan beberapa alat yang nantinya digunakan dalam praktikum. Silakan ikut saya……”
                Setelah pengenalan alat selesai Nadia beristirahat sejenak sambil menunggu alat-alat yang digunakan dioven dan praktikannya membuat daftar absent. Ada sedikit masalah yang terjadi pagi itu. Terjadi kesimpangsiuran tentang jam dimulainya praktikum antara dia dan praktikannya. Ternyata dosen pengampu mata kuliah mengumumkan praktikum dimulai jam 9, padahal seharusnya jam 7 mereka sudah harus siap di lab.
“ Aku sudah menghubungi temanmu di kelas A, Fin….”Sahut Nadia menanggapi pertanyaan ketua tingkat kelas B.
“ Hayo, sms-an sama siapa semalam mbak Nadia……”
“ Temanmu ngga kasih tahu tokh kalau praktikumnya diajukan….? “
“ Ya, dia smsnya ke kating A mbak. Jadi anak-anak kelas B ngga ada yang tahu….”
“ Ya, ngga tahu lah. Ntar sampai malem pasti….”
                Hari itu akhirnya Nadia dan Puput absent semua kuliah karena mendampingi praktikan mereka di lab. Walaupun hanya mengawasi dan sesekali mengarahkan, ternyata capek juga kalau seharian penuh di lab. Belum lagi nanti sore mereka berdua pun ada praktikum.
“ Adik-adik nanti jangan lupa sampel yang dioven ditimbang setelah  jam yang kedua. Ingat setelah keluar dari oven langsung di eksikator 15 menit lalu ditimbang. Jam 15.30 nanti saya dan mba Puput ada praktkum, jadi mbak Wina yang menemani kalian……”
                Pepatah sambil menyelam minum air ternyata tak mudah dilakukan. Nadia tetap saja bolak-balik dari lantai 2 dan lantai 3 karena mengawasi praktikan dan praktikum di saat yang bersamaan. Untunglah koordinator asistennya juga mengampu mata kuliah yang sama dengannya.
“Mas Dani, pre test ku duluan aja….”
“ Gampang, Nad…..”
“ Aku sedang tugas di lab….”
“ Akh…….biasanya kamu gimana? Repot sih”
                Nadia berupaya tetap mengikuti praktikum sore itu. Dia pun tak segan bertanya ke teman-teman yang lainnya tentang materi praktikumnya.
“ Gimana, Nad fans-mu…”
“ Ini dia missed call terus……”
“ Kerjain aja….” Usul Tika, temannya.
“ Kerjain gimana…”
“ Kamu tes aja dia. Coba sms dia suruh bawain cemilan kesini…”
                Nadia sebenarnya tidak terlalu suka ide Tika, tapi dia penasaran juga apakah Doni akan menuruti permintaannya.
          Kamu nih, ada orang capek malah dimscl terus. Mbok kirim cemilan kesini….
            Nadia tak memperhatikan HP-nya lagi karena dia sibuk mengukur kelembaban biji memakai moisture tester sambil mendengarkan instruksi temannya. Karena tadi diganggu oleh missed call di HPnya, dia harus bertanya terus ke Mia tentang cara kerja alat  yang dihadapinya.
                Walaupun agak ketinggalan materi, Nadia akhirnya bisa menjawab pertanyaan asisten di post test. Agak malu karena dia harus mengakui beberapa hal yang dia belum tahu.
“ Kamu tadi kemana aja, Nad…”
“ Maaf, mbak. Tadi bolak-balik ke lantai 2 mbak…….”
“ Ngampu praktikum juga….?”
“ Ya, mbak…..”
                 Selesai praktikum, Nadia dan Puput kembali bertugas di lab. Mereka tak menyangka ada kejutan kecil untuk mereka sekembalinya dari praktikum di lab lantai 1. Ternyata Doni sudah ada di depan lab dan nongkrong bersama praktikan lainnya.
“ Wah, ada yang dijenguk sama fans-nya nih…..”
“ Apaan sih Put….”
“ Yang mana Nad? Aku mbok dikasih tahu….”
“ Nggak kok mbak Wina. Becanda aja…..”
                Bisa geger dunia kalau mbak Wina sampai tahu. Nadia saja ngeri membayangkan apa yang akan terjadi.
Langit mulai berubah temaram ketika waktu menunjukkan pukul 6 sore. Nadia sengaja bergabung dengan praktikannya di depan lab.
“ Mbak. Bener nggak sih kalau mbak pacarnya Doni” Celetuk seorang praktikannya.
“ Heh, siapa yang nyebar berita bohong itu….”
“ Tadi si Ade yang  bilang mbak….”
“ Doni-nya kok tadi nanya-nanya terus soal mbak….”
“ Kalian suka mengada-ada….” Nadia dengan santai menjawab dan masuk kembali ke lab tanpa mempedulikan adik kelasnya menyorakinya.
                Di dalam lab Puput dan mbak Wina tengah beristirahat. Selang beberapa waktu seorang praktikannya mendekat.
“ Mbak Nadia, ada titipan buat mbak…..”
“ Apaan, Aji…? “
“ Ini, dari fans mbak…”
“ Kamu ini ikut-ikutan ya…..”
“ Beneran mbak. Tadi kan mbak lihat sendiri Doni-nya kesini. Dia malu kalau ngasih langsung….”
                Nadia memillih bersikap cuek pada  juniornya satu ini. Tak enak sebenarnya, tapi apa kata orang nanti? Tak dinyananya, Puput dan mbak Wina malah mengerjainya. Saat semua praktikannya sedang berkumpul, Aji kebetulan memberikan titipan Doni itu di depan mereka.
“ Hayo, dari siapa mbak…”Sorak mereka.
“ Perhatian semua, mbak Nadia ultah lho hari ini. Ini ada hadiah dari fans-nya…..”
“ Apaan sih, Put. Wah kalian sekongkol ya…..”
“ Hey, mbak Ani dikasih selamat dong. Jangan hanya makan snack-nya doang…” Tambah mbak Wina.
                Satu per satu pun menyalami Nadia tanpa paham apa yang terjadi. Aji, salah seorang teman Doni hanya senyum simpul melihat Nadia dikerjai oleh teman-temannya.
“ Puas kamu, Ji. Nanti cerita sama Doni ya, mbak Nadia dikerjain habis-habisan…..”
                Bukannya merasa bersalah, malah Aji tersenyum simpul kepadanya. Manis juga nih anak kalau lagi senyum, pikir Nadia.
 ²|²

                Sekarang Nadia sudah semakin jarang ke kampus karena sudah disibukkan dengan penelitian untuk skripsinya . Jarang dia mendengar soal Doni lagi. Sebenarnya kalau mengingat masa-masa itu, Nadia jadi merasa ingin mengulangnya lagi. Tugas akhir yang disusunnya terkadang membuatnya jenuh dan bosan.
Live must go on, right…….
6 months later…………………………..

Sorry, aku temannya Doni. Gimana kabar? Tolong sampaikan kapan mau pulang ? Esti
Nadia terbengong luar biasa membaca SMS yang baru aja masuk HPnya. Sejak kapan dia jadi “CUSTOMER SERVICE”nya Doni? Emang dia apanya Doni, ibunya aja bukan...?
 Sorry, aku kenal Doni sebatas sebagai asisten praktikum di kelas nya. Hubungin dia aja langsung, ya. Dia lagi penelitian. TK.
Nadia mengirim balik SMS tersebut, berharap kesalahpahaman yang empunya SMS tadi segera usai. Namun jadinya dia malah makin terbelalak melihat jawaban SMSnya.
Jadi kamu ngga lagi sama dy? Penelitiannya dimana? Nomor HPnya ada ngga ?
Karena merasa kesal, Nadia mendiamkan SMS tadi. Untung dia ngga lagi bad mood. Ujian skripsinya sudah usai dan dia berhasil mendapat nilai yang memuaskan. Apa dia harus menemui Doni dan membiarkan adik-adik kelasnya menyorakinya seperti dulu? Buat apa dia susah-susah. Biarin aja semua berlalu, kalau dia kebetulan ketemu Doni dia akan mengkonfirmasi SMS itu. Kalau sempat.................  


Siang itu mentari bersinar terik mengiringi langkah Nadia menuju kampus. Dia datang untuk mengambil SKL dan mencoba mencari info biaya wisuda yang akan diadakan sebulan lagi. Sambil menunggu beberapa temannya lewat, dia duduk di depan gedung Dekanat. Tak lama salah seorang adik kelasnya, Mira  duduk di sebelahnya.
”Allo mbak ? ”
” Allo, ngapain kamu ? Udah penelitian ? ”
” Udah selesai, mbak. Lha mbak Nadia ngapain ? “
“ Nih, ngambil SKL. Nungguin siapa? “
“ Temen, mbak.......”
                Setelah bicara tentang perkuliahan dan pengolahan data penelitian, Nadia iseng bertanya pada tentang Esti dan hubungannya dengan Doni. Seperti perkiraannya, Mira tak tahu banyak.
” Doni memang sekelas ama aku, mbak. Kalau Hesti nggak tahu. Temenku yang sekelas namany Hesti, ngga ada yang namanya Esti...........”
” Ya udah..............”
                Tak lama berselang, Mira melambaikan tangannya ke arah pengendara motor yang baru saja memarkir motornya. Oh tidak, itu Doni...! Nadia berlagak cuek dan berupaya tidak terlalu mencolok. Seperti biasa, Doni cengar-cengir melihat Nadia di depannya. Ngapain nih anak masih aja kaya dulu........
” Doni............sini.........” Seru Mira.
” Kok kesini mbak,..........”
” Emang ngga boleh......?”
                Nadia tak terlalu menanggapi ucapan Doni, karena Mira segera memberondongnya dengan pertanyaan. Sesekali Mira protes karena Doni malah mengajak Nadia mengobrol dan bukannya menjawab pertanyaannya.
” Tuh, diajak ngomong Mira.......”
” Ya nih. Kamu gimana sih Don.......”
” Nggak ngelanjutin S2, mbak.......?”
” Kamu mau bayarin ? Kalau mau aku lanjutin S-2...? ”
 ” Apanya yang dibayarin...........?”
” Ya kuliahnya, Don. Emang apanya.................? ”
                Setelah beberapa saat, Mira sudah tak memberondong Doni dengan pertanyaan, Nadia pun menanyakan masalah SMS yang nyasar ke HPnya.
” Don, bentar. Kamu kenal cewek yang namanya Esti..?”
” Nggak, mbak. Kenapa ?”
” Nih, ada SMS nyasar ke HP-ku. Nyari kamu, kok malah nyasar kesini. Emang aku apanya kamu? ’
” Betul juga, mbak. Kalau mbak istriku ngga papa nanyain soal aku......”
                Nadia pura-pura tidak mendengarkan ucapan Doni barusan. Istri? Dari Hongkong kali.
” Nih catat nomornya.........’
Masih tersenyum, Doni menerima HP Nadia dan memencet tombolnya.
” Ngga usah baca-baca SMS yang laen.......”Ancam Nadia galak.
Sementara Doni sibuk mencatat nomor Esti, Nadia kembali berbincang dengan Mira.
“Nomor mbak berapa.....? Tanya Doni polos.
“ Nggak tahu. Aku lupa..........”Jawab Nadia asal.
“ Aku tadi udah missed call nomorku dari HP mbak. Tak simpan dulu, nama nya mbak Nadia Oye……..”
“ Dasar kamu………”
                Nadia kesal juga. Ah, kenapa harus begini jadinya. Mudah-mudahan aja Doni sudah berubah dan nggak lagi mengirim SMS iseng seperti dulu lagi………
MUDAH-MUDAHAN…………………
                 



Tidak ada komentar:

Posting Komentar