Ini sih sebenarnya ditulis udah lumayan lama, but baru ada kesempatan dipublish sekarang,
well take a look now:
send me your comment ya, hehe...
NADIA
“ Apa? Kenapa
nggak kamu bilang langsung ke Nadia? “
“ Please, mbak.
Aku nggak berani. Mbak Mila bilang aja kalau ada fans mbak Nadia……”
“ Dia tuh nyantai n
cuek banget orangnya. Nggak papa kalau kamu mau ngomong ama dia…….”
“ Aku belum
berani……..”
“ Ya sudah. Tapi
aku nggak jamin ya. Nadia itu biasanya suka penasaran dan pengin tahu sampai sedetil-detilnya……..”
Sebenarnya Mila agak geli juga
dimintai bantuan adik kelasnya. Gimana nggak, Nadia khan orangnya cuek abis.
Gimana reaksinya kalau tahu ada adik kelasnya yang nge-fans sama dia?
“ Akh, jangan
bohong………Ngapain ada yang nge-fans sama aku…….”Jawaban Nadia tak jauh dari
dugaan Mila.
“ Beneran, Nad.
Dia itu ngefans banget sama kamu…”
“ Emang siapa
orangnya, paling kamu cuma pengin aku GR
khan? “
“ Aku nggak mau
bilang siapa orangnya. Pokoknya aku nggak bohong…”
Hari-hari
berikutnya Mila berupaya untuk menjelaskan ke Nadia kalau dia nggak berniat
mengerjainya sama sekali.
“ Bilang dong,
siapa orangnya. Nggak seangkatan atau sejurusan sama kita kan ? “
“ Ya iya lah. Dia
itu adik kelas kita…..”
“ Brondong dong?Beda
jurusan kan? “
“ Ya gitu deh…..”
“ Jangan-jangan
praktikanku dulu, tapi siapa…..? “
¬X¬
Doni masih
berupaya mencuri pandang ke barisan kanan kedua dari depan. Dia memang
memperhatikan dosen yang mengajar, tetapi sesekali juga mencuri pandang ke arah
seorang gadis di barisan kedua di depan. Gadis itu sudah diamatinya sejak
beberapa waktu lalu.
“ Lihatin siapa,
Don? Dari
tadi celingukan terus……..”
“ Nggak, Yos…..”
“ Nggak usah bohong. Aku tahu kemarin
kamu nanyain asisten cewek minggu kemarin yang diganti…….”
“ Khan aku heran
kok mbaknya nggak yang kemarin…….”
“ Heran apa
nyariin mbak Nadia ? “
Doni memang tak
bisa membohongi temannya yang satu ini. Apalagi kemarin mereka baru main ke kos
Mila, teman seangkatan Nadia. Doni memang sengaja ikut untuk mencari informasi
soal Nadia ke temannya. Kebetulan Mila dan Yos sedaerah, sehingga mereka sudah
kenal sebelumnya. Hal itu mempermudah Doni mencari tahu soal Nadia.
“ Mbak Nadia
itu pinter, ya mbak Mila? “
“ Ya, gitu lah.
Dia nggak menghafal kalau belajar, tapi seringnya makai pemahaman…….”
“Kelihatannya
teman-temannya sekelompoknya pinter semua…”
“ Emang, dik. Kok
bisa tahu…..”
“ Dia kan ngefans
sama mbak Nadia, mbak….” Timpal Yos.
“ Wah, berita heboh
tuh, Nadia punya fans……”
“ Jangan bilang ke
mbak Nadia, ya mbak….”
“ Lho kenapa? Apa kamu nggak mau jujur
soal perasaanmu…..”
“ Nggak berani,
mbak……..”
Innocent banget ni anak
Mila
masih suka tersenyum sendiri kalau mengingat ekspresi dan kepolosan Doni waktu
itu. Walaupun diminta untuk tidak membocorkan identitas, toh akhirnya Mila
tidak bisa menahan diri untuk cerita ke Nadia.
²|²
Nadia tidak bisa
menahan tawanya. Kenapa harus ada insiden seperti ini saat dia harus
menjalankan tugasnya seebagai asisten. Rupanya perkataan Mila kemarin benar.
Ada adik kelasnya yang ngefans padanya.
“ Kamu kok tahu,
Del…..?”
“ Dia bilang
sendiri kemarin. Awalnya dia nanya-nanya soal kamu terus dia ngaku kalau
ngefans ama kamu….”
Gombal banget anak ini, ember bocor lagi pakai cerita ke teman-temanku yang lain.
“ Kamu harusnya
seneng ada yang merhatiin kamu, Nad…”
“ Akh.
Entahlah…..”
“ Nanti dia juga
ikut praktikum ini, Nad. Ntar aku tunjukin ke kamu yang mana anaknya. Dia tuh polos banget anaknya…….”
“ Terserah, Del……”
Adel dan Nadia baru akan bersiap
memulai praktikum ketika mbak Ririn datang. Mbak Ririn satu angkatan di atas
mereka dan kebetulan sama-sama menjadi asisten di mata kuliah yang sama dengan
Nadia.
“ Tumben, mbak
mampir….”
“ Nggak juga.
Pengin bilang sesuatu ke kamu, Nad….”
“ Ada apa
emangnya….”
“ Ada adik kelasmu
yang ngefans lho…..”
Oh
God. Anak ini bener-bener ember pecah mulutnya
“ Kok mbak juga
tahu…..”
“ Minggu kemarin
ada anak yang nanyain kenapa kamu nggak datang dan diganti Tina. Katanya dia
lebih seneng kalau kamu yang jadi asistennya….”
“ Siapa sih
namanya, mbak. Biar aku kerjain sekalian di praktikum ini…..”
“ Jangan, Nad. Dia
kan ngefans ama kamu. Harusnya kamu terima kasih dong…..”
“ Buat apa….? “
“ Buat cinta dan
kekagumannya sama amu dong”
“ Akh, mbak Ririn
ada aja. Aku mau mulai praktikum nih….”
“ Lho bukannya
jatah Adel dan Hana sekarang…..”
“ Hana-nya nggak
bisa, jadi aku mbantu Adel…..”
“ Baik-baik lho
sama dia……”
Tenang, aku akan baik-baik, kalau hatiku seneng
Nadia berupaya
membantu Adel sebisanya. Mereka berdua memang sudah sangat dekat
layaknya saudara. Mereka selalu saling
curhat satu sama lain, bahkan sampai masalah yang orang lain tidak tahu.
“ Anak Pro KKL
hari ini ya Del….”
“ Ya. Kemarin
mereka berangkat……”
Pembicaraan mereka disela oleh
salah seorang praktikan mereka.
“ Mbak Adel dan
mbak Nadia kok nggak ikut KKL….”
“ Ya nggak, dik.
Kami udah ikut yang semester lalu bareng kakak angkatan…”Jawab Adel ramah.
“ Wah, pasti IPnya
bagus sampai bisa ikut kuliah kakak kelas…”
“ Ya, kebetulan
pas bagus. Jadi SKSnya sisa……” Tambah Nadia.
“ Kok nggak ikut
KKL lagi……”
“ Aku mau ikut
lagi kalau kamu bayarin, dek……” Canda Nadia.
“ Nggak papa, mbak. Ntar kita bisa
berduaan…..”
Bagai
petir menyambar di siang bolong, Nadia mendengar jawaban adik kelasnya ini. Wah ternyata nekad
juga anak ini. Jadi benar omongan teman-temannya kalau anak ini yang selalu
menanyakan keadaannya. Nadia berupaya tetap cuek di depan fans beratnya yang
satu ini. Kalau
dilihat-lihat cowok itu lebih cocok jadi adiknya. Lagipula siapa yang mau jadi
cowoknya? Makan brondong dong nanti…?Hiiiiiiiy SUEREM DECH….!
²|²
“ Anterin makan,
Del…..”
“ Ayo…..”
“ Aku mau cerita
soal fans-mu juga….”
“ Ngapain lagi
anak itu….”
Nadia segera membonceng Adel dan
mereka menuju marung makan yang berjajar di sepanjang jalan menuju kampus. Tak
sulit bagi mereka untuk menentukan pilihan karena mereka sudah berembug
sebelumnya.
“ Makan sini
mbak….”
“ Ya bu…..”
Tak perlu menunggu lama, mereka
sudah bisa menikmati makan siang mereka.
“ Kemarin dia
nanyain kamu terus…..”
“ Anak itu lagi?Di
depan Hana? Mati aku, Del….”
“ Nggak. Dia
ngomong waktu Hana keluar lab…..”
“ Ngomong apa
aja si Doni…..”
“ Kok udah tahu
namanya….”
“ Mbak Ririn kan
udah bilang….”
Adel
pun bercerita kalau Doni sengaja mendekatinya hanya untuk mengetahui info soal
Nadia. Kemarin Hana bisa bertugas sehingga Nadia tak perlu membantu Adel di
lab.
“ Aku nanya kenapa
dia bisa suka ama kamu, Nad….”
“ Dia bilang
apa….”
“ Katanya kamu
dewasa, pinter, jadi asisten di beberapa lab juga……”
“ Akh gombal…..”
“ Aku juga kasih
nomor HPmu….”
“ What….?”
“ Dia minta, Nad.
Siap-siap aja ntar malam di telepon….”
“ Kamu gimana sih
Del. Iseng banget ngasih nomorku segala….”
“ Aku hanya
fasilitator, Nad. Kasihan kalau dia sampai nggak tidur mikirin gimana cara
untuk dekati kamu…..”
” Kamu kan tahu
aku males sama beginian, Del....”
” Sekali-kali.
Ngga ada salahnya, Nad.....”
Ketakutan Nadia menjadi
kenyataan. Malamnya sebuah sms dari Doni telah mampir ke HPnya.
Mbak. Sorry
ganggu, cuma pengin tahu apa mbak mau jadi temen curhatku….
What? Sinting ni anak. Nadia
akhirnya membalas setiap sms Doni menggunakan kata-kata yang sembarangan.
Curhat sih boleh-boleh aja, yang
penting ada tarifnya. PREMIUM
Bukannya berhenti sms, Doni
malah lebih berani lagi menggodanya.
Mbak, kalau denger lagu My heart-nya
Irwansyah, aku jadi keinget mbak terus. Mau nggak mbak terbang ke awan-awan
sama aku…..?
Busyet, gila nih anak. Pasti dia
dikomporin ama teman-teman satu kosnya. Wah, urusan jadi berbuntut panjang nih.
Ga
usah terbang segala. Ntar jatuh sakit lho….!
Malam itu pun akhirnya Nadia tak
bisa tidur nyenyak karena kesal harus terus menerima dan membalas sms dari
Doni. Padahal keesokan harinya dia harus bangun pagi dan bertugas di lab. Kali
ini bukan menggantikan Hana, tapi jatahnya sendiri bersama Puput dan mbak Wina.
Nadia meraih handphone yang ada
di dalam tasnya. Tumben pagi-pagi gini ada yang menghubunginya.
“ Halo, siapa ya…..”
“ Ini Doni mbak….”
Oh, GOD. Ternyata Doni, fans-nya
“ Ada apa, Don….”Nadia berupaya
santai.
“ Aku nggak bisa tidur semalam, mbak……”
“ Gitu aja susah. Minum obat tidur, beres….”Nadia nekad saja menjawabnya. Padahal
dia sedang berada di angkutan yang sarat penumpang.
“ Aku inget mbak terus……”
“ Ada-ada aja kamu……., gombal akh………”
“ Bener, mbak. Kalau pas kuliah bareng mbak,
aku nggak bisa konsen….”
“ Kenapa emang……”
“ Aku nggak bisa nangkep materi dosen. Karena
penginnya melukis wajah mbak terus……”
Bokis banget nih anak…
“ Ngelukisnya pakai kuas segala nggak…….”Canda Nadia” Aku di angkutan nih.Sebentar lagi mau naik bis…udah ya……”Nadia
buru-buru menutup telepon. Tak enak rasanya berteriak sembarangan di
depan banyak orang. Apalagi penumpang lain mulai menoleh ke arahnya.
“ Tapi, mbak Nadia….”
Nadia tak menghiraukan protes
Doni. Penumpang lain memperhatikannya sejak tadi. Apalagi sebentar lagi dia
memang harus turun dan naik bis.
“ Met pagi
adik-adik semua. Sebelum memulai praktikum kita saya akan mengenalkan beberapa
alat yang nantinya digunakan dalam praktikum. Silakan ikut saya……”
Setelah pengenalan
alat selesai Nadia beristirahat sejenak sambil menunggu alat-alat yang
digunakan dioven dan praktikannya membuat daftar absent. Ada sedikit masalah
yang terjadi pagi itu. Terjadi kesimpangsiuran tentang jam dimulainya praktikum
antara dia dan praktikannya. Ternyata dosen pengampu mata kuliah mengumumkan
praktikum dimulai jam 9, padahal seharusnya jam 7 mereka sudah harus siap di
lab.
“ Aku sudah
menghubungi temanmu di kelas A, Fin….”Sahut Nadia menanggapi pertanyaan ketua
tingkat kelas B.
“ Hayo, sms-an
sama siapa semalam mbak Nadia……”
“ Temanmu ngga
kasih tahu tokh kalau praktikumnya diajukan….? “
“ Ya, dia smsnya
ke kating A mbak. Jadi anak-anak kelas B ngga ada yang tahu….”
“ Ya, ngga tahu lah. Ntar sampai malem
pasti….”
Hari itu akhirnya
Nadia dan Puput absent semua kuliah
karena mendampingi praktikan mereka di lab. Walaupun hanya mengawasi dan
sesekali mengarahkan, ternyata capek juga kalau seharian penuh di lab. Belum lagi nanti sore mereka berdua pun
ada praktikum.
“ Adik-adik nanti
jangan lupa sampel yang dioven ditimbang setelah jam yang kedua. Ingat setelah keluar dari
oven langsung di eksikator 15 menit lalu ditimbang. Jam 15.30 nanti saya dan
mba Puput ada praktkum, jadi mbak Wina yang menemani kalian……”
Pepatah sambil menyelam minum
air ternyata tak mudah dilakukan. Nadia tetap saja bolak-balik dari lantai 2
dan lantai 3 karena mengawasi praktikan dan praktikum di saat yang bersamaan.
Untunglah koordinator asistennya juga mengampu mata kuliah yang sama dengannya.
“Mas Dani, pre
test ku duluan aja….”
“ Gampang, Nad…..”
“ Aku sedang tugas
di lab….”
“ Akh…….biasanya
kamu gimana? Repot sih”
Nadia berupaya tetap mengikuti
praktikum sore itu. Dia pun tak segan bertanya ke teman-teman yang lainnya
tentang materi praktikumnya.
“ Gimana, Nad fans-mu…”
“ Ini dia missed call terus……”
“ Kerjain aja….”
Usul Tika, temannya.
“ Kerjain gimana…”
“ Kamu tes aja
dia. Coba sms dia suruh bawain cemilan kesini…”
Nadia sebenarnya
tidak terlalu suka ide Tika, tapi dia penasaran juga apakah Doni akan menuruti
permintaannya.
Kamu nih, ada orang capek malah dimscl
terus. Mbok kirim cemilan kesini….
Nadia tak
memperhatikan HP-nya lagi karena dia sibuk mengukur kelembaban biji memakai moisture tester sambil mendengarkan
instruksi temannya. Karena tadi diganggu oleh missed call di HPnya, dia harus
bertanya terus ke Mia tentang cara kerja alat
yang dihadapinya.
Walaupun agak ketinggalan
materi, Nadia akhirnya bisa menjawab pertanyaan asisten di post test. Agak malu karena dia harus mengakui beberapa hal yang dia
belum tahu.
“ Kamu tadi
kemana aja, Nad…”
“ Maaf, mbak. Tadi
bolak-balik ke lantai 2 mbak…….”
“ Ngampu praktikum
juga….?”
“ Ya, mbak…..”
Selesai praktikum, Nadia dan Puput kembali
bertugas di lab. Mereka tak menyangka ada kejutan kecil untuk mereka sekembalinya
dari praktikum di lab lantai 1. Ternyata Doni sudah ada di depan lab dan
nongkrong bersama praktikan lainnya.
“ Wah, ada yang
dijenguk sama fans-nya nih…..”
“ Apaan sih Put….”
“ Yang mana Nad?
Aku mbok dikasih tahu….”
“ Nggak kok mbak Wina. Becanda aja…..”
Bisa
geger dunia kalau mbak Wina sampai tahu. Nadia saja ngeri membayangkan apa yang
akan terjadi.
Langit mulai
berubah temaram ketika waktu menunjukkan pukul 6 sore. Nadia sengaja bergabung
dengan praktikannya di depan lab.
“ Mbak. Bener nggak
sih kalau mbak pacarnya Doni” Celetuk seorang praktikannya.
“ Heh, siapa yang
nyebar berita bohong itu….”
“ Tadi si Ade
yang bilang mbak….”
“ Doni-nya kok
tadi nanya-nanya terus soal mbak….”
“ Kalian suka mengada-ada….” Nadia
dengan santai menjawab dan masuk kembali ke lab tanpa mempedulikan adik
kelasnya menyorakinya.
Di
dalam lab Puput dan mbak Wina tengah beristirahat. Selang beberapa
waktu seorang praktikannya mendekat.
“ Mbak Nadia, ada titipan buat mbak…..”
“ Apaan, Aji…? “
“ Ini, dari fans
mbak…”
“ Kamu ini
ikut-ikutan ya…..”
“ Beneran mbak.
Tadi kan mbak lihat sendiri Doni-nya kesini. Dia malu kalau ngasih langsung….”
Nadia memillih bersikap cuek pada juniornya satu ini. Tak enak sebenarnya, tapi
apa kata orang nanti? Tak dinyananya, Puput dan mbak Wina malah mengerjainya.
Saat semua praktikannya sedang berkumpul, Aji kebetulan memberikan titipan Doni
itu di depan mereka.
“ Hayo, dari siapa
mbak…”Sorak mereka.
“ Perhatian
semua, mbak Nadia ultah lho hari ini. Ini ada hadiah dari fans-nya…..”
“ Apaan sih, Put.
Wah kalian sekongkol ya…..”
“ Hey, mbak Ani
dikasih selamat dong. Jangan hanya makan snack-nya doang…” Tambah mbak Wina.
Satu
per satu pun menyalami Nadia tanpa paham apa yang terjadi. Aji, salah seorang
teman Doni hanya senyum simpul melihat Nadia dikerjai oleh teman-temannya.
“ Puas kamu, Ji.
Nanti cerita sama Doni ya, mbak Nadia dikerjain habis-habisan…..”
Bukannya merasa bersalah, malah
Aji tersenyum simpul kepadanya. Manis juga nih anak kalau lagi senyum, pikir Nadia.
²|²
Sekarang Nadia
sudah semakin jarang ke kampus karena sudah disibukkan dengan penelitian untuk
skripsinya . Jarang
dia mendengar soal Doni lagi. Sebenarnya kalau mengingat masa-masa itu, Nadia
jadi merasa ingin mengulangnya lagi. Tugas akhir yang disusunnya terkadang
membuatnya jenuh dan bosan.
Live must go on, right…….
6 months later…………………………..
Sorry, aku temannya Doni. Gimana kabar? Tolong sampaikan kapan mau pulang ? Esti
Nadia terbengong luar biasa membaca SMS yang baru aja masuk HPnya. Sejak
kapan dia jadi “CUSTOMER SERVICE”nya Doni? Emang dia apanya Doni, ibunya aja
bukan...?
Sorry, aku kenal Doni sebatas sebagai asisten praktikum di kelas nya.
Hubungin dia aja langsung, ya. Dia lagi penelitian. TK.
Nadia mengirim
balik SMS tersebut, berharap kesalahpahaman yang empunya SMS tadi segera usai.
Namun jadinya dia malah makin terbelalak melihat jawaban SMSnya.
Jadi kamu ngga lagi sama dy?
Penelitiannya dimana? Nomor HPnya ada ngga ?
Karena merasa
kesal, Nadia mendiamkan SMS tadi. Untung dia ngga lagi bad mood. Ujian skripsinya sudah usai dan dia berhasil mendapat
nilai yang memuaskan. Apa dia harus menemui Doni dan membiarkan adik-adik
kelasnya menyorakinya seperti dulu? Buat apa dia susah-susah. Biarin aja semua
berlalu, kalau dia kebetulan ketemu Doni dia akan mengkonfirmasi SMS itu. Kalau
sempat.................
Siang itu mentari
bersinar terik mengiringi langkah Nadia menuju kampus. Dia datang untuk
mengambil SKL dan mencoba mencari info biaya wisuda yang akan diadakan sebulan
lagi. Sambil menunggu beberapa temannya lewat, dia duduk di depan gedung
Dekanat. Tak lama salah seorang adik kelasnya, Mira duduk di sebelahnya.
”Allo mbak ? ”
” Allo, ngapain
kamu ? Udah penelitian ? ”
” Udah selesai, mbak. Lha mbak Nadia ngapain ? “
“ Nih, ngambil SKL. Nungguin siapa? “
“ Temen, mbak.......”
Setelah bicara tentang
perkuliahan dan pengolahan data penelitian, Nadia iseng bertanya pada tentang
Esti dan hubungannya dengan Doni. Seperti perkiraannya, Mira tak tahu banyak.
” Doni memang sekelas
ama aku, mbak. Kalau Hesti nggak tahu. Temenku yang sekelas namany Hesti, ngga
ada yang namanya Esti...........”
” Ya
udah..............”
Tak lama berselang, Mira
melambaikan tangannya ke arah pengendara motor yang baru saja memarkir
motornya. Oh tidak, itu Doni...! Nadia berlagak cuek dan berupaya tidak terlalu
mencolok. Seperti biasa, Doni cengar-cengir melihat Nadia di depannya. Ngapain
nih anak masih aja kaya dulu........
”
Doni............sini.........” Seru Mira.
” Kok kesini
mbak,..........”
” Emang ngga
boleh......?”
Nadia tak terlalu menanggapi
ucapan Doni, karena Mira segera memberondongnya dengan pertanyaan. Sesekali
Mira protes karena Doni malah mengajak Nadia mengobrol dan bukannya menjawab
pertanyaannya.
” Tuh, diajak
ngomong Mira.......”
” Ya nih. Kamu
gimana sih Don.......”
” Nggak
ngelanjutin S2, mbak.......?”
” Kamu mau bayarin
? Kalau mau aku lanjutin S-2...? ”
” Apanya yang dibayarin...........?”
” Ya kuliahnya,
Don. Emang apanya.................? ”
Setelah beberapa saat, Mira
sudah tak memberondong Doni dengan pertanyaan, Nadia pun menanyakan masalah SMS
yang nyasar ke HPnya.
” Don, bentar.
Kamu kenal cewek yang namanya Esti..?”
” Nggak, mbak.
Kenapa ?”
” Nih, ada SMS
nyasar ke HP-ku. Nyari kamu, kok malah nyasar kesini. Emang aku apanya kamu? ’
” Betul juga,
mbak. Kalau mbak istriku ngga papa nanyain soal aku......”
Nadia pura-pura tidak
mendengarkan ucapan Doni barusan. Istri? Dari Hongkong kali.
” Nih catat
nomornya.........’
Masih tersenyum,
Doni menerima HP Nadia dan memencet tombolnya.
” Ngga usah baca-baca
SMS yang laen.......”Ancam Nadia galak.
Sementara Doni sibuk mencatat nomor Esti, Nadia kembali berbincang
dengan Mira.
“Nomor mbak
berapa.....? Tanya Doni polos.
“ Nggak tahu.
Aku lupa..........”Jawab Nadia asal.
“ Aku tadi udah
missed call nomorku dari HP mbak. Tak simpan dulu, nama nya mbak Nadia Oye……..”
“ Dasar kamu………”
Nadia
kesal juga. Ah, kenapa harus begini jadinya. Mudah-mudahan aja Doni sudah
berubah dan nggak lagi mengirim SMS iseng seperti dulu lagi………
MUDAH-MUDAHAN…………………